Jadwal Pemupukan Pare Agar Hasil Berbuah Lebat: Panduan Praktis

Table of Contents

Jadwal Pemupukan Pare Agar Hasil Berbuah Lebat: Panduan Praktis

Pupuk pare agar berbuah lebat - Bagi sebagian orang, rasa pahit pare mungkin jadi alasan untuk menolak menyantapnya. Namun, bagi petani, justru di balik rasa pahit itulah terkandung peluang besar. Pare atau paria (Momordica charantia) termasuk sayuran yang cukup stabil permintaannya di pasar. Di Indonesia, konsumsi pare tak hanya terbatas pada menu rumahan, tetapi juga masuk ke industri kuliner, herbal, hingga ekspor.

Namun, menghasilkan panen pare yang benar-benar “melimpah ruah” tidak sekadar mengandalkan lahan luas atau benih unggul. Kunci keberhasilan ada pada jadwal pemupukan. Seperti tubuh manusia yang butuh gizi di waktu yang tepat, pare juga memerlukan nutrisi terukur sepanjang siklus hidupnya.

Sayangnya, banyak petani yang masih memberi pupuk secara asal seperti banyak di awal, lalu berhenti di tengah jalan, atau hanya mengandalkan pupuk kimia tanpa dukungan organik. Akibatnya, hasil panen sering tidak stabil. Padahal, penelitian dari berbagai kampus pertanian di Indonesia dan luar negeri sudah menunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik, dengan jadwal yang disiplin, adalah resep sukses panen pare maksimal.

Sekilas Tentang Pare dan Kebutuhan Lingkungannya

Pare merupakan tanaman tropis yang sangat cocok ditanam di Indonesia. Ia tumbuh baik di dataran rendah hingga 1.000 mdpl, dengan suhu ideal 24–27 °C. Tanaman ini menyukai tanah gembur, subur, dan drainase yang baik. Kelembapan cukup penting, karena pare sensitif terhadap kekeringan. Itulah mengapa banyak petani menggunakan mulsa organik atau plastik hitam perak untuk menjaga kelembapan tanah.

Varietas pare juga cukup beragam. Ada yang berbuah panjang ramping, ada pula yang cenderung pendek dan gemuk. Penelitian terbaru menemukan bahwa varietas PA-001 dan Yunan lebih unggul dalam jumlah serta bobot buah dibanding varietas lain seperti Sultan atau Trinity. Meski begitu, prinsip pemupukan pada dasarnya sama, hanya dosis yang kadang perlu disesuaikan.

Kenapa Pemupukan Jadi Penentu Utama?

Tanaman pare memiliki fase pertumbuhan yang cepat. Dalam waktu 2–3 minggu setelah tanam, tanaman sudah mulai merambat dan memerlukan penopang nutrisi yang kuat. Setelah memasuki usia 30–40 hari, pare mulai berbunga, dan sebulan kemudian buah sudah dapat dipanen.

Siklus yang singkat ini membuat pemupukan terjadwal menjadi krusial. Kekurangan nitrogen (N) bisa membuat daun pucat dan pertumbuhan terhambat. Kekurangan fosfor (P) menghambat pembentukan bunga. Sementara kalium (K) berperan besar dalam mengisi buah agar panjang, padat, dan tahan simpan.

Data riset dari berbagai kampus menunjukkan, ketika pupuk diberikan secara seimbang dan berkelanjutan, produktivitas pare dapat mencapai 10–15 ton per hektar. Bandingkan dengan budidaya pare tanpa jadwal pemupukan jelas, hasilnya bisa jatuh di bawah 8 ton per hektar.

Peran Pupuk Organik dan Anorganik

Satu kesalahan umum adalah menganggap pupuk kimia lebih “ampuh” daripada pupuk organik, atau sebaliknya. Padahal, keduanya punya peran berbeda. Jenis pupuk untuk tanaman pare sama-sama memberikan efek pada pertumbuhan tanaman pare yang sedang dibudidayakan.

  1. Pupuk organik (kandang, kompos, bokashi) berfungsi memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas mikroba, dan menjaga kelembapan. Nutrisi yang dilepaskan memang lambat, tapi bertahan lama.
  2. Pupuk anorganik (urea, SP-36, KCl, NPK majemuk) bekerja cepat. Unsur hara yang terkandung langsung tersedia untuk tanaman, sangat cocok untuk mengejar fase pertumbuhan cepat pare.

Sejumlah penelitian menemukan hasil optimal terjadi ketika keduanya dikombinasikan. Misalnya, penelitian di Nepal melaporkan bahwa kombinasi 50% pupuk NPK + 50% pupuk kandang ayam mampu menghasilkan produktivitas lebih dari 55 ton per hektar—jauh lebih tinggi dibanding penggunaan tunggal.

Studi di Indonesia juga memperkuat temuan tentang jenis pupuk untuk tanaman pare ini. Kombinasi kompos eceng gondok 15 ton/ha + NPK 300 kg/ha menghasilkan rata-rata 42 buah per tanaman dengan bobot hampir 1 kg per tanaman. Angka ini dua kali lipat lebih tinggi dibanding penggunaan pupuk organik saja.

Jadwal Pemupukan Pare

Agar lebih praktis, berikut jadwal pemupukan yang bisa dijadikan acuan petani pare di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi pertanian lapangan:

1. Pupuk Dasar (7–1 hari sebelum tanam)

  • Campurkan 20–30 ton pupuk kandang matang per hektar.
  • Tambahkan 15–20 gram NPK 15:15:15 ke setiap lubang tanam.
  • Jika tanah masam, taburkan dolomit untuk menetralkan pH.

Fungsi tahap ini adalah membangun fondasi kesuburan tanah. Pupuk organik menyediakan cadangan nutrisi jangka panjang, sedangkan NPK membantu bibit cepat tumbuh setelah tanam.

2. Pemupukan Susulan I (umur 3 minggu setelah tanam)

  • Berikan 10–15 gram NPK majemuk per tanaman.
  • Atau gunakan campuran urea:TSP:KCl dengan perbandingan 1:1:1.
  • Cara pemberian bisa ditugal (lubang kecil di samping batang) atau ditabur melingkar.

Fase ini mendukung pertumbuhan daun dan batang, sehingga tanaman lebih cepat merambat ke para-para.

3. Pemupukan Susulan II (umur 5–6 minggu)

  • Ulangi dosis seperti Susulan I.
  • Jika daun mulai pucat, tambahkan pupuk nitrogen cair (misalnya pupuk urea cair atau pupuk organik cair).

Pada fase ini, tanaman mulai berbunga. Nutrisi fosfor dan kalium sangat dibutuhkan agar bunga banyak yang menjadi buah.

4. Pemupukan Susulan Lanjutan (umur 8–16 minggu)

  • Setiap dua minggu sekali, berikan pupuk NPK cair atau bokashi cair.
  • Perbanyak unsur kalium (KCl) agar buah terisi sempurna, lebih panjang, dan tahan simpan.
  • Bisa juga disemprotkan pupuk daun berbasis mikroelemen (misalnya Zn, B, Mg) untuk menjaga kualitas bunga.

Tahap ini sering diabaikan, padahal sangat menentukan kualitas dan jumlah buah. Tanpa tambahan kalium, buah pare cenderung kecil, keriput, dan cepat busuk.

Dampak Nyata dari Jadwal Pemupukan Disiplin

Apa yang terjadi bila jadwal ini dijalankan dengan baik? Sejumlah riset memberikan gambaran nyata:

  1. Pemberian pupuk kandang 20 ton/ha + SP-36 150 kg/ha menghasilkan bobot buah tertinggi, yakni 1,2 kg per tanaman.
  2. Pemberian kompos eceng gondok 15 ton/ha + NPK 300 kg/ha mampu menghasilkan lebih dari 42 buah per tanaman.
  3. Pemupukan rutin setiap 2 minggu hingga umur 4 bulan terbukti menjaga tanaman tetap produktif dan memperpanjang masa panen.

Artinya, pemupukan bukan hanya soal “memberi makan” tanaman, melainkan mengatur strategi energi. Tanaman yang diberi nutrisi tepat waktu akan lebih tahan terhadap penyakit, bunga lebih banyak jadi buah, dan ukuran buah lebih konsisten.

Tantangan di Lapangan

Meski data riset sudah jelas, tantangan terbesar adalah perilaku petani. Banyak yang merasa pupuk organik terlalu berat di awal karena butuh volume besar. Di sisi lain, ketergantungan pada pupuk kimia saja sering dianggap lebih praktis.

Namun, jika dihitung dalam jangka panjang, penggunaan pupuk organik justru menekan biaya. Tanah yang diberi pupuk organik akan lebih gembur, butuh lebih sedikit pupuk kimia di musim tanam berikutnya, dail panen tetap stabil.

Pemerintah Indonesia sendiri sudah mendorong program pemupukan berimbang, terutama sejak isu degradasi tanah akibat pupuk kimia berlebihan semakin mencuat. Dengan kata lain, riset dan kebijakan sama-sama menekankan pentingnya kombinasi organik dan anorganik.

Tips Praktis untuk Petani Pare di Indonesia

Agar lebih mudah diterapkan, berikut beberapa tips tambahan:

  1. Gunakan mulsa organik atau plastik untuk menjaga kelembapan dan mencegah pupuk tercuci air hujan.
  2. Perhatikan tanda defisiensi hara. Daun pucat → kurang N. Bunga rontok → kurang P. Buah kecil dan keras → kurang K.
  3. Sesuaikan dengan varietas. Varietas berbuah panjang biasanya butuh lebih banyak kalium.
  4. Jangan menunda pemupukan. Sekali jadwal terlewat, sulit untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan.
  5. 5. Gunakan pupuk cair atau foliar spray untuk respons cepat, terutama saat cuaca ekstrem.

Penutup

Pemupukan pare sejatinya adalah seni mengatur waktu. Memberi pupuk tidak bisa asal banyak, tetapi harus tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu. Riset menunjukkan, jadwal yang disiplin dan kombinasi organik–anorganik mampu meningkatkan hasil hingga dua kali lipat.

Bagi petani, disiplin pada jadwal pupuk berarti membuka peluang pasar yang lebih besar. Pare berkualitas bukan hanya laku di pasar lokal, tapi juga diminati ekspor. Pada akhirnya, pupuk bukan sekadar taburan, melainkan strategi investasi panen.

Jika selama ini hasil pare Anda terasa “biasa-biasa saja”, mungkin sudah saatnya menengok ulang jadwal pemupukan. Sebab, dalam dunia pertanian, keberhasilan sering kali bukan ditentukan oleh siapa yang punya lahan paling luas, melainkan siapa yang paling cermat memberi makan tanamannya.

Nabil Zaydan
Nabil Zaydan Assalamu 'Alaikum. Halo, saya Nabil Zaydan, seorang petani dan peternak dengan lebih dari 10 tahun pengalaman. Saya tertarik dengan inovasi teknologi dalam bidang pertanian dan peternakan dan selalu mencari cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam usaha saya dan membagikan ilmu yang saya dapatkan kepada pembaca setia blog ini.

Posting Komentar