Rahasia Menyuburkan Tanaman Pare dengan Pupuk Alami

Table of Contents

Rahasia Menyuburkan Tanaman Pare dengan Pupuk Alami

Pupuk organik tanaman pare - Bagi sebagian orang, rasa pahit pada buah pare sering membuatnya kurang diminati. Namun di balik rasa tersebut, tanaman pare menyimpan beragam manfaat kesehatan: mulai dari menurunkan kadar gula darah, membantu pencernaan, hingga memperkuat sistem imun. Tak heran, permintaan pare di pasar tradisional maupun modern cenderung stabil sepanjang tahun.

Di sisi lain, para petani kerap menghadapi tantangan dalam membudidayakan tanaman ini. Pare membutuhkan tanah yang gembur, kaya nutrisi, dan memiliki kadar bahan organik cukup tinggi. 

Banyak petani masih mengandalkan pupuk kimiaintetis karena dianggap cepat bereaksi. Namun, penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus terbukti dapat menurunkan kesuburan tanah dalam jangka panjang, membuat tanah keras, miskin mikroba, bahkan memicu residu berbahaya.

Di tengah kekhawatiran itu, pupuk organik kembali dilirik. Selain ramah lingkungan, pupuk organik membantu memperbaiki struktur tanah, menjaga kelembapan, serta menyuplai hara secara bertahap. 

Artikel ini akan mengulas berbagai cara membuat pupuk alami dari bahan organik yang mudah didapat di sekitar rumah mulai dari kompos padat, pupuk cair fermentasi, hingga bokashi serta cara aplikasinya untuk tanaman pare.

Mengapa Pupuk Alami Penting untuk Pare?

Pare termasuk tanaman merambat yang produktif bila ditanam pada tanah subur. Unsur hara makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif, pembentukan bunga, serta pembuahan.

  1. Nitrogen (N) berperan memperbanyak daun dan batang yang sehat.
  2. Fosfor (P) memperkuat akar dan merangsang pembungaan.
  3. Kalium (K) memengaruhi kualitas buah, termasuk rasa dan ukuran.

Pupuk organik, meskipun kandungan NPK-nya lebih rendah dibanding pupuk sintetis, mampu menyediakan unsur hara secara berkesinambungan. Lebih dari itu, pupuk organik juga kaya mikroorganisme yang mendukung kehidupan tanah, membuat akar tanaman lebih mudah menyerap nutrisi.

Dengan kata lain, menggunakan pupuk alami untuk pare bukan sekadar memenuhi kebutuhan hara, tetapi juga membangun ekosistem tanah yang sehat.

1. Pupuk Kompos Padat

Kompos adalah hasil penguraian bahan organik—seperti sisa sayur, daun kering, jerami, atau kotoran ternak oleh mikroba. Proses ini menghasilkan bahan berwarna cokelat gelap, gembur, dan beraroma tanah segar.

Kompos padat bisa dibilang sebagai “raja pupuk organik” karena paling mudah dibuat, bahannya tersedia melimpah, dan manfaatnya luas. Bagi petani pare, kompos sangat berguna untuk memperbaiki tekstur tanah yang keras sekaligus menjaga kelembapan di musim kemarau.

Bahan-Bahan yang Dibutuhkan

Untuk membuat kompos padat, bahan yang diperlukan antara lain:

  1. Bahan hijau: sisa sayuran, kulit buah, rumput segar, daun hijau (kaya nitrogen).
  2. Bahan cokelat: daun kering, jerami, sekam padi, serbuk gergaji (sumber karbon).
  3. Pupuk kandang: dari sapi, kambing, atau ayam (penyedia NPK alami).
  4. Sedikit tanah atau kompos matang: sebagai starter mikroba.

Kombinasi bahan hijau dan cokelat ini penting. Bahan hijau kaya nitrogen untuk mempercepat penguraian, sementara bahan cokelat berfungsi menyeimbangkan karbon agar proses tidak terlalu panas atau berbau busuk.

Cara Membuat Kompos Padat

  1. Siapkan wadah atau lahan. Pilih tempat teduh, tidak terkena hujan langsung. Bisa berupa lubang tanah, bak semen, atau tumpukan terbuka.
  2. Susun bahan berlapis. Mulailah dengan lapisan daun kering (cokelat), lalu lapisi dengan sisa sayur atau rumput segar (hijau), ditambah sedikit pupuk kandang. Ulangi hingga tumpukan mencapai 1 meter.
  3. Jaga kelembapan. Siram dengan air secukupnya. Uji dengan menggenggam: jika keluar tetesan air, artinya terlalu basah. Jika terlalu kering, tambahkan siraman.
  4. Tutupi tumpukan. Gunakan terpal atau karung goni agar suhu stabil.
  5. Balik secara berkala. Setiap 1–2 minggu, aduk tumpukan untuk memberi oksigen.
  6. Tunggu hingga matang. Dalam 2–3 bulan, bahan akan berubah jadi kompos berwarna cokelat gelap, remah, dan tidak berbau busuk.

Cara Mengaplikannya ke Tanaman Pare

  1. Saat menyiapkan lahan, campurkan 2–5 kg kompos per meter persegi tanah.
  2. Untuk lubang tanam, masukkan 3–5 kg kompos matang, lalu tutup dengan tanah tipis sebelum menanam bibit pare.
  3. Sebagai pupuk susulan, taburkan sekitar 1–2 genggam kompos di sekitar pangkal tanaman setiap bulan.

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:

  1. Memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kapasitas simpan air.
  2. Nutrisi dilepaskan secara perlahan dan stabil.
  3. Murah, memanfaatkan sampah dapur/daun kering.

Kekurangan:

  1. Waktu pembuatan relatif lama (2–3 bulan).
  2. Membutuhkan lahan atau wadah yang cukup luas.
  3. Jika bahan tidak seimbang, bisa menimbulkan bau.

Pupuk Cair Fermentasi (POC)

Berbeda dengan kompos padat, pupuk organik cair (POC) adalah hasil fermentasi bahan organik dalam media cair. Bentuknya berupa larutan kental berwarna cokelat hingga hitam dengan aroma khas fermentasi.

POC sangat populer karena lebih cepat diserap tanaman, baik melalui akar maupun daun. Dengan kata lain, POC bisa disebut sebagai “minuman energi” untuk tanaman pare.

Bahan-Bahan untuk POC

Bahan yang sering digunakan antara lain:

  1. Air cucian beras atau air kelapa (mengandung mineral).
  2. Limbah dapur seperti kulit buah, sayuran busuk, atau ampas kopi.
  3. Urin ternak, terutama kelinci atau sapi, kaya nitrogen.
  4. Gula merah/molases sebagai sumber energi mikroba.
  5. Aktivator mikroba (EM4 atau inokulan lokal).

Cara Membuat POC

  1. Siapkan wadah tertutup rapat (jerigen atau drum plastik).
  2. Campurkan bahan cair: misalnya 10 liter air cucian beras + 200 mL molases + 200 mL EM4.
  3. Tambahkan bahan organik: kulit buah, sayur, atau urin ternak sesuai resep.
  4. Fermentasi selama 7–14 hari. Tutup rapat wadah, buka sebentar setiap hari untuk melepas gas, lalu aduk ringan.
  5. Ciri berhasil: cairan beraroma asam-manis seperti tape, bukan busuk.

Cara Mengaplikasikannya ke Tanaman Pare

  1. Semprot daun: Encerkan 10 mL POC dalam 1 liter air. Semprotkan ke daun (atas dan bawah) seminggu 1–2 kali.
  2. Siraman akar: Larutkan 20 mL POC ke 5 liter air. Siram sekitar pangkal tanaman, 1 minggu sekali.

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:

  1. Cepat diserap tanaman, hasil bisa terlihat dalam hitungan hari.
  2. Praktis, bisa disemprot atau disiram.
  3. Memanfaatkan limbah dapur yang biasanya dibuang.

Kekurangan:

  1. Nutrisi lebih encer sehingga harus diaplikasikan lebih sering.
  2. Proses fermentasi rentan gagal jika wadah bocor atau tidak steril.
  3. Umur simpan terbatas, sebaiknya segera dipakai.

Pupuk Bokashi

Bokashi berasal dari Jepang, artinya “bahan organik yang difermentasi.” Prinsipnya mirip kompos, tetapi prosesnya berlangsung lebih cepat karena menggunakan teknologi mikroba efektif (EM4).

Bahan-Bahan Bokashi

  1. Pupuk kandang (sapi/kambing/ayam).
  2. Sekam padi atau jerami.
  3. Dedak atau bekatul.
  4. Larutan EM4 + molases (gula merah cair).

Cara Membuat Bokashi

  1. Campurkan pupuk kandang, sekam, dan dedak hingga rata.
  2. Larutkan EM4 dengan molases dalam air. Semprotkan ke campuran hingga lembap (tidak terlalu basah).
  3. Tumpuk setinggi 20 cm, tutup rapat dengan plastik atau karung.
  4. Fermentasi 4–7 hari. Jika suhu naik terlalu tinggi, buka dan aduk sebentar.
  5. Setelah berbau segar (asam-manis), bokashi siap dipakai.

Cara Aplikasi ke Tanaman Pare

  1. Campurkan 2–5 kg bokashi per meter persegi lahan sebelum tanam.
  2. Sebagai pupuk susulan, taburkan 1–2 genggam di sekitar pangkal tanaman sebulan sekali.

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:

  1. Proses cepat, hanya butuh 1 minggu.
  2. Kaya mikroba bermanfaat.
  3. Bisa langsung digunakan tanpa risiko “membakar” akar.

Kekurangan:

  1. Membutuhkan EM4 atau inokulan khusus.
  2. Proses harus kedap udara agar tidak berubah menjadi busuk.
  3. Perlu pengawasan suhu saat fermentasi.

Menimbang Kelebihan dan Kekurangannya

Jika dilihat dari segi waktu, bokashi memang lebih unggul karena bisa dipakai hanya dalam hitungan hari. Kompos butuh waktu lebih lama, tetapi hasilnya memperbaiki tanah dalam jangka panjang. Sementara pupuk cair bekerja cepat, meski efeknya lebih singkat.

Petani biasanya tidak hanya mengandalkan satu jenis pupuk. Kombinasi ketiganya justru lebih efektif: kompos sebagai dasar perbaikan tanah, bokashi untuk mempercepat kesuburan, dan pupuk cair untuk dukungan pertumbuhan cepat.

Penutup

Membuat pupuk organik sendiri untuk tanaman pare sebenarnya bukan sekadar soal hemat biaya. Lebih dari itu, langkah ini membantu petani menjaga keseimbangan tanah, mengurangi sampah organik, sekaligus menghasilkan panen yang lebih sehat.

Di tengah tren pertanian berkelanjutan, pupuk alami terbukti menjadi solusi praktis. Memang, butuh kesabaran lebih dibanding pupuk kimia. Namun hasilnya tidak hanya terlihat di tanaman pare yang lebih subur, tetapi juga pada tanah yang tetap sehat untuk generasi berikutnya.

Bagi petani skala besar maupun pekebun rumahan, pupuk organik adalah investasi jangka panjang. Dengan memanfaatkan sisa dapur, kotoran ternak, hingga daun kering, kita bisa menciptakan siklus pertanian yang lebih ramah lingkungan tanpa kehilangan produktivitasnya.

Nabil Zaydan
Nabil Zaydan Assalamu 'Alaikum. Halo, saya Nabil Zaydan, seorang petani dan peternak dengan lebih dari 10 tahun pengalaman. Saya tertarik dengan inovasi teknologi dalam bidang pertanian dan peternakan dan selalu mencari cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam usaha saya dan membagikan ilmu yang saya dapatkan kepada pembaca setia blog ini.

Posting Komentar