Hama Walang Sangit: Definisi, Siklus Hidup, dan Cara Mengendalikannya

Table of Contents

Hama Walang Sangit Definisi, Siklus Hidup, dan Cara Mengendalikannya

Nabil Zaydan - Setiap musim tanam, ada satu nama hama yang sering bikin resah petani padi hingga kedelai yaitu walang sangit. Serangga ini mungkin terlihat sepele, tubuhnya ramping dan ukurannya tidak lebih dari dua sentimeter. Namun jangan salah, serangan masif walang sangit mampu menurunkan hasil panen secara signifikan.

Menurut laporan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), serangan walang sangit dapat menurunkan hasil padi hingga 50% bila tidak segera dikendalikan. Itu sebabnya, hama ini masuk kategori "hama utama" yang harus diwaspadai sepanjang musim tanam.

Artikel ini akan mengupas tuntas tentang walang sangit: mulai dari definisi, morfologi, siklus hidup, habitat, dampak pada tanaman dan lingkungan, hingga strategi pengendaliannya. Semua disajikan dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami, baik oleh petani maupun pembaca umum yang penasaran tentang dunia pertanian.

Definisi Walang Sangit

Secara ilmiah, walang sangit dikenal dengan nama Leptocorisa oratorius, anggota famili Alydidae. Ia tergolong dalam kelompok serangga penghisap cairan tanaman, yang biasa disebut kepik. Populasinya tersebar luas di kawasan tropis dan subtropis, termasuk Indonesia yang memiliki sawah luas.

Nama "walang sangit" berasal dari aroma khas yang dikeluarkannya. Saat terganggu atau ditangkap, serangga ini mengeluarkan bau menyengat yang membuat siapa pun enggan memegangnya lama-lama. Bau itu sebenarnya mekanisme pertahanan diri untuk mengusir predator.

Walau ukurannya mungil, dampak serangannya tidak bisa diremehkan. Dengan moncong panjang menyerupai jarum, walang sangit menusuk batang padi atau buah muda, lalu mengisap cairan penting di dalamnya. Akibatnya, bulir padi menjadi hampa, buah tidak berkembang, dan produktivitas menurun drastis.

Morfologi Walang Sangit

Bagi petani, mengenali ciri fisik walang sangit penting agar bisa membedakannya dari serangga lain. Secara umum, tubuh walang sangit berbentuk lonjong ramping dengan panjang 14–17 milimeter. Warna tubuhnya cokelat kekuningan dengan sayap menutupi bagian punggung.

Beberapa ciri khasnya:

  1. Kepala dilengkapi sepasang antena panjang, mata majemuk, dan proboscis (mulut berbentuk jarum) untuk mengisap cairan tanaman.
  2. Thorax memiliki tiga pasang kaki ramping serta sepasang sayap tipis transparan yang memungkinkannya terbang dari satu tanaman ke tanaman lain.
  3. Abdomen berwarna cokelat hingga gelap, menjadi pusat sistem pencernaan dan reproduksi.

Uniknya, bau khas yang menyengat berasal dari kelenjar khusus di bagian thorax. Inilah yang membedakan walang sangit dengan kepik lain.

Petani di Jawa sering menyebut walang sangit dengan istilah "kepinding padi". Saat musim panen, keberadaannya mudah tercium dari bau khas di pematang sawah.

Siklus Hidup Walang Sangit

Siklus hidup Walang Sangit merupakan hal menarik untuk dipelajari. Walang Sangit, serangga kecil yang sering ditemui di daerah pertanian, memiliki tiga fase utama dalam siklus hidupnya: Fase Telur, Fase Nimfa, dan Fase Imago (Dewasa). Dalam setiap fase ini, serangga ini mengalami perubahan yang menarik dan memiliki karakteristik yang unik.

Fase Pertama: Bertelur

Tahap awal dalam siklus hidup walang sangit adalah periode di mana walang sangit betina meletakkan telur-telurnya di atas daun padi atau rumput dalam kelompok yang terdiri dari satu hingga dua baris. Telur walang sangit ditandai dengan warna hitam, bentuk segi enam, dan pipih. Sebuah kelompok telur dapat terdiri dari 1 hingga 21 butir, dengan waktu inkubasi rata-rata selama sekitar 5 hari.

Selain sebagai tempat persembunyian yang aman, meletakkan telur di atas permukaan daun juga memungkinkan telur-telur tersebut mendapatkan sumber makanan yang cukup untuk menopang perkembangan tahap berikutnya. Dengan meletakkan telur dalam kelompok, walang sangit betina dapat memberi pelindungan dan meningkatkan peluang kelangsungan hidup telur-telurnya.

Artikel menarik lainnya: Insektisida yang Ampuh untuk Basmi Walang Sangit

Fase Nimfa: Tahap Perkembangan

Fase kedua dalam siklus hidup walang sangit adalah fase Nimfa. Pada tahap ini, serangga walang sangit mengalami perkembangan yang menarik. Nimfa walang sangit memiliki ukuran yang lebih kecil daripada dewasa dan tidak memiliki sayap. Durasi fase nimfa ini biasanya berlangsung selama 17 hari.

Selama fase nimfa, sebagian besar walang sangit memiliki warna hijau muda yang memukau. Namun, yang menarik adalah perubahan warna yang terjadi ketika mereka mencapai tahap dewasa. Tubuh mereka berubah menjadi coklat kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap, menghasilkan penampilan yang menawan.

Namun, perlu dicatat bahwa warna walang sangit ini dipengaruhi oleh jenis makanan yang mereka konsumsi selama tahap nimfa. Jadi, lingkungan dan sumber makanan dapat memainkan peran penting dalam menentukan warna akhir serangga ini.

Misalnya, jika walang sangit hidup di habitat padi, warna coklat kekuning-kuningan akan muncul pada bagian ventral abdomen mereka. Namun, jika mereka hidup di lingkungan yang didominasi oleh rumput-rumputan, mereka cenderung memiliki warna hijau keputihan yang menonjol.

Dengan demikian, tahap nimfa merupakan periode yang menarik dalam perkembangan walang sangit, di mana mereka mengalami perubahan fisik yang mencerminkan lingkungan tempat mereka hidup.

Fase Imago: Tahap Dewasa

Tahap terakhir dalam siklus hidup walang sangit adalah fase Imago, atau tahap dewasa. Saat mencapai tahap ini, serangga walang sangit akan memiliki bentuk tubuh yang ramping dan berwarna coklat.

Ukuran serangga ini memiliki panjang sekitar 14 hingga 17 mm dan lebar sekitar 3 hingga 4 mm, dengan tungkai dan antena yang panjang. Menariknya, perbandingan antara jantan dan betina walang sangit adalah 1:1.

Setelah menjadi imago, serangga dengan aroma yang khas ini baru dapat melakukan reproduksi setelah 4 hingga 6 hari, dengan masa pra-peneluran selama 8 hari.

Daur hidup walang sangit ini memiliki rentang waktu sekitar 32-43 hari. Periode bertelur rata-rata berlangsung selama 57 hari dengan rentang waktu antara 6-108 hari. Selain itu, serangga walang sangit memiliki umur rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari), menjadikannya makhluk yang relatif hidup cukup lama.

Habitat Walang Sangit

Walang sangit lebih suka hidup di daerah yang kaya tanaman pangan, terutama padi. Namun, mereka juga bisa ditemukan di jagung, kedelai, kacang-kacangan, hingga rerumputan liar di sekitar lahan.

Mereka senang bersembunyi di balik daun atau batang, terutama saat siang terik. Pada sore hingga pagi hari, aktivitasnya meningkat: beterbangan, kawin, atau menyerang bulir padi.

Satu hal yang sering diabaikan adalah peran gulma sebagai "hotel gratis" bagi walang sangit. Rumput-rumputan di pematang sawah memberi tempat aman untuk bertelur dan berlindung. Itulah mengapa petani disarankan rajin membersihkan gulma, bukan sekadar fokus pada tanaman utama.

Baca Juga: Habitat dan Siklus Hidup Walang Sangit

Dampaknya Pada Lingkungan dan Manusia

Walang Sangit adalah hama yang sering menyerang tanaman pertanian seperti padi, jagung, dan kedelai. Dampak dari serangan hama ini tidak hanya dirasakan oleh para petani, tetapi juga lingkungan sekitar dan manusia.

Dampak pada Tanaman

Serangan walang sangit paling berbahaya terjadi pada fase generatif padi, yaitu saat pengisian bulir. Cairan yang diisap menyebabkan bulir menjadi hampa, mengapur, atau berwarna cokelat kehitaman. Akibatnya, rendemen gabah menurun dan kualitas beras buruk. Pada jagung atau kedelai, serangan bisa membuat biji keriput dan ukurannya kecil.

Dampak pada Lingkungan dan Kesehatan

Untuk melawan walang sangit, banyak petani mengandalkan insektisida kimia. Memang efektif membunuh hama, tetapi residunya bisa mencemari air, tanah, bahkan produk pertanian. Paparan jangka panjang berisiko bagi kesehatan manusia, mulai dari iritasi kulit hingga penyakit kronis.

Selain itu, penggunaan pestisida berlebihan dapat mematikan serangga bermanfaat seperti lebah penyerbuk atau predator alami lainnya. Jika ini terjadi, keseimbangan ekosistem di sawah akan terganggu.

Mengapa Walang Sangit Sulit Dikendalikan?

Bagi petani, walang sangit bukan sekadar hama biasa. Ia termasuk jenis serangga yang bandel, cepat berkembang biak, dan bisa bertahan dalam berbagai kondisi. Ada beberapa faktor biologis dan lingkungan yang membuatnya sulit dikendalikan:

1. Reproduksi Cepat dan Berkelanjutan

Seekor betina walang sangit mampu menghasilkan puluhan butir telur dalam sekali siklus. Dengan masa hidup dewasa mencapai dua hingga tiga bulan, populasi hama ini bisa melonjak drastis hanya dalam satu musim tanam. Apalagi, telur menetas hanya dalam waktu sekitar lima hari, sehingga generasi baru muncul dengan cepat.

2. Adaptasi Lingkungan yang Tinggi

Walang sangit bukan tipe serangga yang pilih-pilih tempat. Ia bisa hidup di lahan sawah, tepi hutan, hingga pematang penuh gulma. Bahkan ketika lahan padi selesai dipanen, walang sangit tidak langsung mati. Mereka pindah ke tanaman alternatif seperti jagung, kedelai, atau rerumputan liar, menunggu musim tanam berikutnya. Inilah sebabnya populasi tidak pernah benar-benar habis.

3. Kemampuan Terbang Jauh

Bentuk tubuh ramping dan sayap ringan memungkinkan walang sangit berpindah dari satu petak sawah ke petak lain dengan mudah. Ketika satu lahan diberantas, hama ini bisa masuk lagi dari area sekitar. Bagi petani, ini seperti permainan tanpa akhir—baru selesai mengendalikan di satu titik, serangan muncul di titik lain.

4. Aroma Menyengat Sebagai Pertahanan Diri

Bau menyengat khas walang sangit bukan hanya mengganggu manusia, tapi juga predator alami. Banyak burung atau serangga pemangsa enggan memakan walang sangit karena baunya. Akibatnya, kontrol biologis alami sering tidak cukup efektif.

5. Resistensi terhadap Insektisida

Penggunaan insektisida kimia secara berulang membuat walang sangit beradaptasi. Beberapa penelitian di Jawa Tengah menemukan bahwa populasi walang sangit mulai menunjukkan resistensi terhadap bahan aktif tertentu. Artinya, dosis normal insektisida tidak lagi mempan, sehingga petani cenderung meningkatkan takaran yang justru berisiko mencemari lingkungan.

6. Waktu Serangan yang Tepat Sasaran

Walang sangit menyerang padi pada fase generatif (pembungaan hingga pengisian bulir). Ini fase paling krusial, sebab sedikit saja kerusakan bisa menurunkan kualitas dan kuantitas gabah. Serangan yang datang di momen kritis membuat dampaknya lebih terasa dibanding hama lain yang menyerang di fase vegetatif.

Gejala Serangan Walang Sangit

Gejala serangan hama walang sangit dapat bervariasi, tergantung pada jenis tanaman yang diserang dan tingkat serangan yang terjadi. Beberapa gejala umum dari serangan ini meliputi munculnya bercak-bercak kuning pada daun, keriput atau pengeringan daun, matinya bagian tanaman, kerusakan buah atau bunga, dan produksi buah atau bunga rendah atau tidak normal. 

Ia juga dapat menyebabkan tanaman menjadi stunted atau tumbuh tidak normal, serta menurunkan kualitas hasil panen. Selain itu, keberadaannya juga dapat meninggalkan bau tidak sedap, terutama ketika populasi sudah cukup besar. Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan populasi hama dengan tepat waktu untuk mencegah kerusakan yang lebih besar.

Cara Mengendalikan Serangan Walang Sangit

Terkait dengan cara mengendalikan gejala serangan walang sangit, berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai masing-masing metode:

  1. Membuang telur dan nimfa yang terlihat secara manual: Metode ini merupakan cara alami dan aman untuk mengendalikan populasi hama pada tanaman. Telur dan nimfa dapat ditemukan di bawah daun atau pada tangkai daun. Anda dapat memetik telur atau nimfa tersebut dan membuangnya jauh dari tanaman.
  2. Menggunakan insektisida nabati atau bahan kimia: Metode ini dapat membunuh hama dengan cepat, namun harus digunakan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada tanaman atau pencemaran lingkungan. Sebelum menggunakan insektisida, pastikan untuk membaca label dan mengikuti petunjuk penggunaan dengan benar.
  3. Menggunakan predator alami seperti burung, kecoa, semut atau laba-laba: Metode ini menggunakan predator alami sebagai kontrol biologis untuk mengendalikan populasinya. Predator tersebut dapat diundang dengan menanam tanaman yang menarik bagi mereka atau dengan memberikan tempat bertelur atau berkembang biak bagi predator.
  4. Menanam tanaman yang dapat menarik serangga predator seperti bunga matahari atau jamur: Metode ini dapat membantu mengurangi populasi hama dengan memanfaatkan serangga predator yang mengonsumsi hama ini. Beberapa tanaman seperti bunga matahari, jamur, atau daun mustard, dikenal dapat menarik predator alami.
  5. Membersihkan gulma atau sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya: Metode ini membantu mengurangi tempat berkembang biaknya. Pastikan untuk menjaga kebersihan area di sekitar tanaman dan membuang gulma atau sisa-sisa tanaman yang sudah mati.
  6. Memberikan nutrisi yang cukup pada tanaman, karena ia akan lebih sehat: Metode ini dapat membantu tanaman menjadi lebih kuat dan tahan terhadap serangan hama. Pastikan tanaman mendapatkan nutrisi cukup dengan memberikan pupuk organik atau mineral sesuai kebutuhannya.

Dalam memilih metode yang tepat, penting untuk mempertimbangkan faktor seperti jenis tanaman, tingkat serangan walang sangit, serta keamanan untuk tanaman dan lingkungan sekitarnya.

Kesimpulan

Dalam artikel ini, Penulis telah membahas secara lengkap mengenai Hama Walang Sangit seperti definisi, jenis, siklus hidup, dan cara mengendalikannya. Walang Sangit adalah salah satu hama tanaman yang sulit dikendalikan dan dapat menyerang berbagai jenis tanaman. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai hama ini sangat penting bagi petani. 

Siklus hidupnya terdiri dari empat tahap: telur, nimfa, pupa, dan imago atau dewasa. Ia hidup di berbagai habitat, terutama di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Ada berbagai cara untuk mengendalikan serangan hama ini, seperti penggunaan insektisida alami, penanaman varietas yang tahan hama, dan praktik pertanian terpadu. Semoga bermanfaat!

Nabil Zaydan
Nabil Zaydan Assalamu 'Alaikum. Halo, saya Nabil Zaydan, seorang petani dan peternak dengan lebih dari 10 tahun pengalaman. Saya tertarik dengan inovasi teknologi dalam bidang pertanian dan peternakan dan selalu mencari cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam usaha saya dan membagikan ilmu yang saya dapatkan kepada pembaca setia blog ini.

Posting Komentar