Waktu Terbaik Penyemprotan untuk Mengendalikan Hama Walang Sangit

Table of Contents

Waktu Terbaik Penyemprotan untuk Mengendalikan Hama Walang Sangit

Nabil Zaydan - Di balik hamparan hijau sawah yang menenangkan, ada ancaman kecil yang kerap membuat petani resah yaitu hama walang sangit (Leptocorisa oratorius). Serangga pengisap ini tampak sepele, namun serangannya bisa menurunkan hasil panen hingga 50% bila tidak dikendalikan dengan baik.

Hama ini terutama aktif di musim kemarau ketika suhu udara hangat, dan sering menyerang saat padi sedang berbunga atau mulai mengisi bulir. Maka dari itu, memahami waktu terbaik untuk melakukan penyemprotan insektisida menjadi kunci agar upaya pengendalian tidak sia-sia.

Artikel ini mengulas secara mendalam kapan saat paling tepat melakukan penyemprotan berdasarkan fase pertumbuhan tanaman, perilaku walang sangit, serta kondisi lingkungan yang memengaruhi efektivitas pestisida. 

Waktu Serangan Walang Sangit

Sebelum bicara tentang penyemprotan, kita perlu memahami kapan hama walang sangit ini biasanya muncul. Hama Walang sangit dikenal aktif menyerang pada fase generatif tanaman padi, yakni masa pembungaan hingga pengisian bulir. Pada fase ini, padi menghasilkan cairan bergizi tinggi di dalam bulir yang menjadi sumber makanan utama bagi hama ini.

Serangan biasanya meningkat saat padi mulai berbunga hingga mencapai fase “matang susu”. Di tahap ini, bulir masih lembut dan mengandung cairan manis. Ketika hama ini menghisap cairan tersebut, bulir menjadi hampa, menguning prematur, dan kualitas gabah turun drastis.

Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, populasi hama walang sangit cenderung naik pesat saat padi berada di fase generatif. Aktivitasnya paling tinggi pada pagi dan sore hari, ketika suhu masih bersahabat dan udara lembap.

Dari sini, kita bisa menarik kesimpulan awal bahwa penyemprotan insektisida paling efektif dilakukan ketika hama ini aktif dan tanaman sedang rentan, yaitu pada masa generatif.

Pagi dan Sore adalah Dua Waktu Emas untuk Penyemprotan

Dalam dunia pertanian, waktu bukan sekadar angka jam. Ia menentukan efektivitas pestisida dan tingkat keberhasilan pengendalian hama. Sejumlah penelitian dan laporan dinas pertanian sepakat:

Penyemprotan hama walang sangit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.

Kenapa demikian?

1. Suhu dan Kelembapan yang Ideal

Pada pagi dan sore hari, suhu udara lebih sejuk dibandingkan siang hari. Kelembapan yang cukup membuat bahan aktif dalam pestisida tidak cepat menguap, sehingga bekerja lebih lama pada permukaan daun atau tubuh hama.

Sebaliknya, penyemprotan di siang terik sering kali tidak efektif. Panas tinggi membuat cairan pestisida cepat mengering sebelum mengenai sasaran, sementara hama ini sendiri cenderung bersembunyi di bawah daun atau jerami untuk menghindari sinar matahari langsung.

2. Aktivitas Harian Hama

Walang sangit dikenal sebagai serangga nokturnal semi-diurnal yang artinya, ia aktif pada pagi dan sore untuk mencari makan, lalu bersembunyi pada siang hari. Dengan melakukan penyemprotan di jam-jam aktif ini, peluang cairan insektisida mengenai tubuh hama jauh lebih tinggi.

3. Keamanan Bagi Tanaman dan Petani

Penyemprotan di bawah terik matahari juga berisiko membuat daun terbakar akibat efek lensa dari cairan pestisida. Selain itu, petani yang bekerja di suhu panas lebih cepat lelah dan berisiko mengalami dehidrasi.

Maka, waktu penyemprotan ideal adalah antara pukul 06.00–09.00 pagi atau pukul 15.30–17.30 sore, tergantung kondisi wilayah dan iklim setempat.

Fase Tanaman yang Tepat untuk Penyemprotan

Menentukan waktu dalam sehari saja tidak cukup. Keberhasilan pengendalian hama sangat bergantung pada fase pertumbuhan tanaman padi.

Menurut BPPSDMP Kementerian Pertanian, terdapat dua periode kritis dalam siklus hidup tanaman padi yang paling rentan terhadap serangan walang sangit:

1. Menjelang Pembungaan

Saat malai (pembungaan tanaman padi) mulai muncul, walang sangit tertarik pada aroma dan getah segar yang kaya nutrisi. Penyemprotan pada fase ini membantu mencegah hama menetap dan berkembang biak di area pertanaman.

2. Fase Pengisian Bulir (Matang Susu)

Di tahap ini, cairan di dalam bulir masih banyak dan menjadi target utama hama ini. Jika serangan terjadi, hasil panen bisa berkurang drastis karena banyak bulir menjadi kosong atau bernas semu.

Penyemprotan sebaiknya dilakukan dua kali dalam fase generatif, yaitu:

  • Pertama, saat muncul tanda-tanda awal pembungaan.
  • Kedua, pada masa pengisian bulir atau sekitar 7–10 hari setelah penyemprotan pertama.

Penyemprotan setelah fase “matang keras” umumnya tidak efektif lagi, karena hama telah meninggalkan area tanaman.

Menentukan Ambang Kendali Sebelum Menyemprot

Salah satu kesalahan umum di lapangan adalah menyemprot tanpa dasar pengamatan. Padahal, menurut Distani Tulangbawang, penggunaan pestisida baru perlu dilakukan jika populasi hama telah mencapai ambang kendali, yaitu sekitar 6 ekor walang sangit per meter persegi.

Pendekatan ini dikenal dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yang menekankan penggunaan pestisida sebagai langkah terakhir, bukan pertama.

Langkah-langkah yang disarankan:

  1. Lakukan monitoring seminggu sekali dengan mengambil sampel populasi walang sangit di beberapa titik sawah.
  2. Hitung populasi yang ditemukan di tiap meter persegi.
  3. Jika jumlahnya melewati ambang batas (6 ekor/m²), barulah dilakukan penyemprotan.

Pendekatan berbasis data ini mencegah penggunaan pestisida berlebihan, menjaga keseimbangan ekosistem sawah, dan menekan biaya produksi petani.

Faktor Cuaca dan Lingkungan

Cuaca adalah faktor eksternal yang sering diabaikan padahal sangat menentukan hasil penyemprotan. Berikut beberapa kondisi yang perlu diperhatikan:

  1. Hindari penyemprotan saat hujan atau ketika angin bertiup kencang, karena pestisida bisa terbawa air atau angin sebelum mengenai sasaran.
  2. Suhu ideal penyemprotan berada di kisaran 25–30°C dengan kelembapan sedang hingga tinggi.
  3. Jangan menyemprot di bawah terik matahari, karena pestisida akan cepat menguap dan menurunkan efektivitas bahan aktif.

Untuk daerah seperti Sumatera Barat atau Jawa Tengah, penyesuaian waktu perlu dilakukan karena perbedaan musim hujan dan kemarau bisa mengubah waktu ideal penyemprotan.

Frekuensi dan Strategi Pengendalian

Tidak ada standar tunggal untuk frekuensi penyemprotan karena kondisi tiap wilayah berbeda. Namun, prinsip dasarnya adalah menyemprot sesuai kebutuhan, bukan berdasarkan jadwal tetap.

Petani disarankan untuk:

  1. Melakukan penyemprotan maksimal dua kali dalam satu musim tanam pada fase kritis.
  2. Menggunakan nozzle penyemprot bertekanan rendah agar semprotan menyebar merata.
  3. Mengombinasikan pestisida kimia dengan metode biologis, seperti menjaga populasi laba-laba sawah, kepik predator, atau memasang perangkap feromon untuk menarik walang sangit dewasa.

Pendekatan terpadu ini tidak hanya menekan populasi hama, tetapi juga menjaga ekosistem sawah agar tetap seimbang.

Faktor Lokal yang Perlu Diperhitungkan

Setiap daerah memiliki karakteristik mikroklimat yang berbeda. Misalnya, di dataran rendah seperti Indramayu, suhu tinggi bisa mempercepat siklus hidupnya. Sementara di dataran tinggi seperti Solok, aktivitas hama lebih lambat karena suhu dingin.

Selain itu, faktor-faktor berikut juga memengaruhi efektivitas penyemprotan:

  1. Varietas padi: beberapa varietas memiliki aroma atau tekstur bulir yang lebih disukai walang sangit.
  2. Jarak tanam: tanam terlalu rapat membuat hama mudah berpindah antar rumpun.
  3. Keserempakan tanam: jika penanaman tidak serentak, hama akan berpindah dari tanaman tua ke muda, memperpanjang masa serangan.

Maka, selain penyemprotan, petani juga perlu mengatur pola tanam dan sanitasi lahan agar tidak memberi peluang berkembangnya populasi hama ini.

Menjaga Keseimbangan Ekosistem Sawah

Penggunaan insektisida memang cepat menurunkan populasi hama, tetapi penggunaan berlebihan bisa mematikan musuh alami seperti laba-laba, kumbang, atau capung yang berperan penting dalam ekosistem sawah.

Karena itu, penyemprotan harus menjadi langkah terakhir, bukan satu-satunya solusi. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan prinsip 4T yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat cara. Cara ini menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.

Kesimpulan

Menentukan waktu terbaik untuk menyemprot bukan sekadar soal teknis di lapangan, melainkan strategi penting dalam menjaga hasil panen. Dengan memahami perilaku hama walang sangit, mengenali fase rentan tanaman padi, serta memperhitungkan cuaca dan kondisi lingkungan, petani bisa mengoptimalkan efektivitas pengendalian hama tanpa pemborosan biaya dan bahan kimia.

Penyemprotan yang tepat waktu terutama pada pagi atau sore hari saat walang sangit aktif dapat menekan populasi hama secara signifikan dan mencegah kehilangan hasil akibat bulir padi hampa.

Pada akhirnya, kunci sukses pertanian modern bukan hanya kerja keras, tetapi kerja yang cerdas dan tepat waktu. Dengan pendekatan ilmiah dan observasi yang rutin, petani bisa menjadi pengelola ekosistem sawah yang produktif sekaligus berkelanjutan.

Pertanyaan Umum (FAQ)

1. Apa tanda-tanda serangan walang sangit pada padi?

Ciri khasnya adalah bulir padi menguning tidak merata, banyak yang hampa, serta muncul aroma menyengat khas “wangi sangit” saat malai diraba. Bila ditemukan gejala ini pada fase generatif, segera lakukan pengamatan populasi hama.

2. Apakah semua varietas padi rentan terhadap walang sangit?

Tidak semuanya. Beberapa varietas seperti IR64 dan Ciherang memiliki ketahanan relatif lebih baik, tetapi jika populasi walang sangit di lahan tinggi, varietas tahan pun tetap bisa terdampak.

3. Kapan waktu terbaik menyemprot pada musim hujan?

Lakukan penyemprotan pagi hari setelah embun mengering dan sebelum hujan turun, atau sore hari setelah hujan reda dengan kondisi angin tenang. Hindari menyemprot saat hujan karena pestisida akan terbuang percuma.

4. Apakah penyemprotan bisa diganti dengan cara alami?

Bisa. Alternatif ramah lingkungan seperti menanam refugia (bunga pengundang musuh alami), memasang perangkap lampu, atau memelihara predator alami seperti laba-laba dan capung sangat efektif membantu menekan populasi walang sangit.

5. Berapa kali penyemprotan disarankan?

Idealnya dua kali dalam fase generatif, yakni saat awal pembungaan dan masa pengisian bulir, dengan jarak antar penyemprotan sekitar 7–10 hari. Namun, tetap sesuaikan dengan hasil monitoring populasi hama di lapangan.

Nabil Zaydan
Nabil Zaydan Assalamu 'Alaikum. Halo, saya Nabil Zaydan, seorang petani dan peternak dengan lebih dari 10 tahun pengalaman. Saya tertarik dengan inovasi teknologi dalam bidang pertanian dan peternakan dan selalu mencari cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam usaha saya dan membagikan ilmu yang saya dapatkan kepada pembaca setia blog ini.

Posting Komentar